Dikarenakan kegemaran saudari-saudari bf yang seringkali membawakan makanan untuk kami berdua, saya akhir-akhir ini merasa terintimidasi dan termotivasi untuk belajar memasak juga. Padahal dulu saya sudah bertekad baru akan belajar memasak kalau sudah menjelang pernikahan.
Setelah dipikir-pikir ternyata memang perlu juga ya wanita pandai memasak, apalagi setelah saya sempat diliputi perasaan iri karena bf yang terkesan begitu memuja-muja masakan saudarinya sedangkan saya hanya membalas: mamaku juga jago; sayapun menegaskan diri; saya juga bisa. Dan begitulah niat memasak itu muncul, tentunya selain alasan seputar menghemat pengeluaran dan karena saya bosan harus terus-menerus membeli makan di luar.
Pengalaman belajar memasak juga ternyata memberikan keunikan tersendiri, apalagi saya yang memang buta dengan bumbu dapur: lengkuas, jahe (-yang tertukar dengan kencur), kunir (saya baru tau ini adalah nama lain dari kunyit yang saya biasa kenal), saya juga mengerti perbedaan lada, merica, ketumbar. Serta pengetahuan-pengetahuan lain seperti membuat bumbu halus (yang akhirnya saya lakukan dengan:blender, setelah sebelumnya membuang waktu dengan mengiris tipis-tipis semua bahan). Saya juga tau cara membuat santan cair dari santan kental (bangga setengah mati!).
Semur Ayam pertamaku. |
Apalagi saat pertama kali saya ke pasar ditemani bf, sepertinya dia tengsin berat karena memang saya tidak tau apa-apa.
Keuntungan lain juga makin mengenal isi tumbuhan di kebun saya; daun salam, daun jeruk, daun bawang, daun pandan -- saya lumayan tau sekarang.
OMG, dunia memasak itu asyik!