Sinopsis dan Review: Stereo Net TV Episode 2

by - Selasa, Maret 31, 2015


Haloh! Sudah nonton lanjutan STEREO, Serial Drama Musikal terbaru besutan Net TV yang belakangan cukup menyita perhatian di hari minggu inih? Tapi, saya sih nontonnya barusan, karena kalo hari Minggu jam 18.00 (jam tayang serial ini) sayanya juga lagi manggung, hahaha~ kan ceritanya saya calon bintang tamu Stereo yang tidak kunjung diajak syuting (#plak, terus diprotes dan disitulah saya sering merasa sedih).

Di episode 2 yang tayang tanggal 29 Maret kemarin ini, kita mulai mengetahui secuil hubungan antara Dara, Alex, dan Diva, lalu ada juga perkembangan benih-benih cinta antara Vigo dan Dara yang pastinya bikin hati para Diktamania agak panas meleleh terbakar api cemburu (sayah banget, deh), dan tidak ketinggalan konflik batin Juwita terhadap Diva dan Alex. Klimaks dari episode ini sepertinya mengarah ke pertikaian antara Dara dan Diva yang sepertinya menjadi centre of attention dan dalam episode ini makin jelas diekspos.

So far, saya suka dengan perkembangan cerita dan bagaimana penulis mulai membuka sedikit demi sedikit latar belakang karakter, tapi, well I'm here to review, jadi jangan harap cuma dapet yang bagus-bagusnya aje yeee....  (Bahkan sebagai fans Dikta, kayaknya hari ini akan banyak kritik untukmu, Ay! Hehe).

Ga pake lama, berikut adalah Sinopsis Stereo Net TV Episode 2. 
BACA Rangkuman Episode 1 di sini.



*****
PLOT CERITA
(boleh diskip kalau sudah nonton filmnya- ini cuma buat latihan saya ngeringkas ajah, kok, suer)


Adegan 1: Diva (Angel Pieters) yang tiba-tiba memasuki ruang latihan klub vokal bersamaan dengan pembentukan nama Stereo mengagetkan para anggota lainnya, Darapun dengan sigap segera berusaha mendorong Diva keluar ruangan dengan alasan bahwa selain anggota, tidak boleh ada orang lain di ruang latihan. Divapun dengan angkuhnya mengatakan bahwa Stereo akan lebih baik dengan keberadaannya sebagai anggota. Coach Azis akhirnya berusaha menengahi dengan mengatakan bahwa Diva harus mengikuti standar peraturan klub vokal dengan terlebih dahulu audisi, yang langsung ditolak oleh Diva, mengingat dia merasa memiliki kemampuan. Namun, Juwita mendukung untuk diadakan audisi untuk Diva yang akhirnya diiyakan oleh Diva. Divapun menyanyi, sembari para anggota lainnya menatapnya dengan pandangan yang meremehkan. Usai Diva menyanyi, Coach Azis memberikan rasa kagumnya dan mengatakan bahwa dia diterima di klub vokal Stereo. Vigo berkata: "Yah, ada ratu drama deh di sini..."

Adegan 2: Di halaman parkir, Diva terlihat kembali mengejar-ngejar Alex yang tengah sibuk berbicara di telepon. Diva memaksa penjelasan Alex yang selama ini berlaku cuek terhadapnya. Alex berdalih bahwa selama ini Divalah yang sudah berubah, tidak seperti dulu, Alex berkata bahwa dia kangen dengan Diva yang dulu, dan segera berlalu memasuki mobilnya, meninggalkan sisa pertanyaan di wajah Diva. Bersamaan dengan Diva yang terus mengetuk-ngetuk kaca mobil Alex, Juwita menyaksikan kejadian itu. Divapun segera mengancam Juwita untuk pura-pura tidak melihat apa yang sudah dia saksikan.

Adegan 3: Diawali dengan beberapa gambar patung Dirgantara, kita berada di dalam mobil BMW yang sedang dikemudikan Alex, nama Diva tercantum di ponselnya sebagai "My Diva" yang terlihat berulang kali menghubungi namun tidak diangkat oleh Alex.

Adegan 4: Berpindah ke perpustakaan kampus, ada Dara yang terlihat menahan petugas perpustakaan untuk tidak mengakhiri jam operasional perpustakaan, karena dia hendak mengembalikan dan mencari buku. Dara yang tidak kunjung menemukan buku pilihannya dikagetkan oleh suara Vigo yang memegang sebuah buku, "Ini buku yang kamu carikan?" judulnya Light in Watercolor. Vigopun memberikan buku tersebut pada Dara sambil menawarkan untuk Dara bersedia pulang bersamanya, bahkan kalau Dara tidak ingin naik mobilnya, Vigo mengancam akan ikut naik angkot - membooking angkot tersebut sehingga hanya mereka berdua dalam angkot tersebut. Darapun akhirnya bersedia diantar pulang oleh Vigo.

Adegan 5: Dari sebuah souvenir di mobil Vigo, terlihat bahwa Vigo adalah penggemar FC Barcelona dan musik hip hop. Namun, Dara terlihat terganggu dengan musik rap yang dipasang di mobil Vigo dan mematikannya, Vigo hendak menghalangi Dara mematikannya namun malah tangan keduanya bersentuhan. Vigo mengaku bahwa hari tersebut merupakan momen terpenting dalam hidupnya, Vigo Adira Pratama, karena Dara bersedia diantarkan pulang. Vigo berkata, hari ini Dara mau masuk mobilnya, bisa jadi besok Dara akan masuk ke dalam hatinya. Di tengah-tengah wajah Dara yang terlihat kesal, Vigo menggodanya dengan tiba-tiba melakukan wefie dan menguploadnya ke Path.


Adegan 6: Sesampai di rumah Dara, Vigo menanyakan sampai kapan Dara berlaku cuek, menolak dan seakan menjauhinya. Darapun menjawab bahwa Vigo kurang dewasa, serius, sopan, dan kurang ajar. Vigo yang mendengarnya malah semakin menggodanya dengan berkata "Kamu kalo marah makin lucu, aku jadi makin gemes!"

Adegan 7: Malam hari di rumah Dara, ART Dara menggoda bahwa pacar Dara yang dilihatnya mengantarnya pulang berwajah ganteng, yang langsung dibantah Dara bahwa pria tersebut bukanlah pacarnya, dan mengatakan kepo kepada IRTnya. Bersamaan dengan Vigo, di kamarnya, dia mengingat kejadian ketika ber-wefie dengan Dara.

Adegan 8: Pagi hari di rumah Dara, ketika akan sarapan, Dara bertanya kemana Bu Tini (ART lainnya) karena di kamarnya ada baju kotor yang harus dicuci. Lalu dia bertanya dimana ayah dan ibunya. ART menjawab bahwa ibunya pagi-pagi sudah berangkat dan ayahnya masih dinas di luar negeri. Sorot kekecewaan bercampur marah segera terlihat dari wajah Dara yang segera bergegas pergi ke kampus, membatalkan sarapannya hanya minum setenggak susu.

Adegan 9: Di kampus, Dekan Wati terlihat sedang berjalan di hall menuju ruang latihan klub vokal dimana ada Coach Azis yang tengah bersenandung riang sambil memperhatikan satu demi satu foto anggota Stereo. Coach Azis yang kaget dengan kedatangan Dekan Wati yang tiba-tiba, dengan segera Coach Azis mengenalkan nama klub vokal barunya, Stereo, dengan menunjukkan foto para anggotanya. Sebaliknya Dekan Wati tidak terlihat senang, malah ingin melihat langsung kemampuan Stereo dengan melihat penampilan mereka di acara Pentas Seni Fakultas Teknik di minggu yang akan datang.

Adegan 10: Di lapangan basket, Vigo terlihat sedang berlatih basket, melakukan beberapa shooting yang semuanya berhasil masuk ke ring basket. Tidak lama berselang, para teman-teman basketnyapun datang, Vigo mengajak mereka latihan, tapi tidak ada satupun yang merespon. Teman-teman Vigo mengaku malas bermain basket dengan Vigo semenjak Vigo gabung di Stereo, banyak anggota basket yang keluar karena tidak ingin punya kapten yang boyband.


Adegan 11: Diva terlihat berjalan ke arah kantin/foodcourt sambil terus sibuk menghubungi Alex yang kelihatannya masih tidak mendapat jawaban, lalu ada Juwita dan ibunya yang sibuk melayani pelanggan pembeli gado-gadonya. Diva yang sudah duduk di salah satu meja sibuk memanggil nama Juwita dengan berteriak. Juwitapun tergopoh-gopoh menghampirinya dan menanyakan apa pesanan Diva yang kembali dihardik Diva, mengapa Juwita tidak hapal dengan kesukaannya. Dara yang kebetulan lewat, kembali menyentak Diva yang dianggapnya selalu menyusahkan orang lain. Divapun akhirnya pergi dari foodcourt. Dara berpesan agar Juwita berani untuk melawan Diva jika Diva berlaku keterlaluan, apalagi jika Juwita tidak punya salah.

Adegan 12: Di perpustakaan, ada Alex yang tengah memperhatikan foto-foto lama tentang kebersamaannya dengan Diva di laptop, dalam foto tersebut keduanya terlihat bahagia. Alexpun beranjak dari laptopnya hendak mencari buku di rak lain, yang mana tatapannya tertuju pada Dara yang ada di rak seberang. Alexpun menyapa Dara seperti hendak mengatakan sesuatu, namun Dara mendahuluinya dengan mengatakan "Jangan lupa latihan."

Adegan 13: Di taman kampus, Diva juga terlihat sedang membuka foto lamanya dengan Alex, dan kembali menonton video ketika dia dan Alex merayakan ulang tahun hubungannya yang kedua, di situ, Alex terlihat bahagia dan mencintai Diva, berharap keduanya akan terus langgeng. Divapun menitikkan air mata.

Adegan 14: Di kelas psikologi Dara, Vigo tiba-tiba menyerobot masuk ketika dosen sedang menerangkan. Teman-teman Vigo yang juga berada di kelas, duduk di belakang dan samping Dara tiba-tiba berdiri mengangkat spanduk "Ay, Semangat ya belajarnya,"

Adegan 15: Di kelas Alex, usai materi kuliah, Diva mendatangi tempat duduk Alex, dan segera meminta maaf bahwa selama ini Divalah yang egois tidak mau mengerti Alex. Diva berharap mendapat kesempatan kedua, yang mana Juwita kembali memperhatikannya dari bangku belakang. Alex mengiyakan yang seketika membuat Juwita serasa patah hati.

Adegan 16: Di ruang latihan klub vokal Stereo, semua anggota terlihat sedang menunggu Juwita. Darapun segera mengumumkan bahwa dia baru saja mengirim email tentang peraturan dan tata tertib klub vokal Stereo. Alex dan Divapun segera membaca email mereka, sebaliknya Vigo terlihat sibuk mencari perhatian Dara dengan mengerlingkan mata yang kemudian dibalas dengan pelototan Dara, "Cek email." Setelah membaca email, Diva terlihat tidak setuju dengan peraturan yang dibuat Dara, Vigo dengan sigap segera memvideo kejadian Dara dan Diva berdebat. Diva berkata mengapa saat membuat peraturan tidak terlebih diskusi dengan anggota lain, Dara berkelit bahwa dialah yang diberi kepercayaan. Di tengah-tengah perdebatan, Juwita memasuki ruang latihan, meminta maaf karena dia terlambat. Dara berkata bahwa lain kali Juwita terlambat, dia akan mendapat sanksi. Vigo tetap memvideo kejadian itu sambil memuji ketegasan Dara, Dara malah membalas Vigo bahwa dia juga harus latihan denga tertib, tidak bercanda ataupun kekanak-kanakan. Kembali Diva melawan dengan menuduh Dara banyak mengatur, "Ini klub vokal atau penjara?" Coach Azispun segera menengahkan sambil mengumumkan bahwa Stereo harus tampil di Pentas Seni. Diva menyatakan keberatannya dengan mengatakan bahwa Pentas Seni Fakultas Teknik itu busuk, dan lebih baik tampil di acara pentas yang lebih bagus. Kejadian ini disaksikan oleh Dekan Wati, "Ini klub musik kan bukan klub debat?"

Adegan 17: Di koridor kampus, Dekan Wati menyatakan ketidakyakinannya atas kemampuan Stereo. Dekan Wati mengingatkan bahwa Coach Azis harus membuat Stereo memenangkan Super Choir, bahkan jika Stereo tampil jelek di Pentas Seni, maka Stereo tidak perlu dilanjutkan.

Adegan 18: Dara dan Diva tetap bertengkar di ruang latihan, dan Vigo tetap memvideo kejadian tersebut. Coach Azispun segera menengahi pertikaian tersebut dengan nada yang lebih tinggi. Dengan kata-kata yang membangun bahwa Stereo harus bersatu, satu identitas dan satu tujuan. Merekapun akhirnya berlatih vokal.

Adegan 19: Usai latihan, di pelataran kampus, Alex terlihat menghampiri Dara. Alex menyampaikan permintaan maafnya bahwa dia ingin semuanya seperti dulu lagi, dia tidak ingin Dara dan Diva terus berantem. Dara menjawab bahwa antara dia dengan Diva tidak ada hubungannya dengan Alex, Darapun meyakinkan Alex untuk tenang sambil memegang kedua bahunya, pas kejadian tersebut difoto oleh Diva. Tidak lama berselang, Diva menghapiri Dara sambil menujukkan foto yang barusan dia ambil. Diva berkata agar Dara tidak mendekati Alex, bahwa keberadaan Dara membuat semuanya berantakan; rencana Diva, hubungan Diva dan Alex, juga hubungan orangtua Diva. Dara membantah bahwa Diva tidak tahu apa-apa, namun Diva kembali menjawab bahwa dia mengenal Dara sejak dulu, sejak mereka masih kecil. Pembicaraan tersebut diputus oleh Alex yang menghubungi Diva via ponsel, dan Diva segera pergi meninggalkan Dara.


Adegan 20: Dara yang terlihat terpukul dengan kata-kata Diva terlihat termenung dan sejenak dikagetkan dengan kedatangan Vigo yang membawakan minuman kesukaannya. Vigopun mendekatinya yang kemudian Dara menangis sembari menyandarkan kepalanya di bahu Vigo. Vigo yang tidak mengerti menawarkan untuk mengantar Dara pulang, kali ini Dara menyetujui untuk diantar pulang. Di kamarnya, Dara terlihat mengingat kejadian ketika dia menangis di bahu Vigo - sambil tersirat senyuman.

Adegan 21: Vigo mendatangi rumah Dara pagi-pagi sambil membawakan sarapan bubur. Vigo mengatakan bahwa dia ingin memperbaiki imej "kurang manis" di mata Dara, yang semakin membuat Dara terpesona.

Adegan 22: Pk. 08.00, semua anggota Stereo sudah bersiap untuk latihan, termasuk Juwita yang sebelumnya sibuk membantu ibunya berjualan dulu sebelum ke ruang latihan. Coach Azispun membagikan partitur lagu yang kemudian direspon Vigo, "Ini lagu favorit gua!" Latihanpn dimulai, para anggota Stereo terlihat hanyut lagu yang dilatihnya hingga tanpa sadar, dalam gesturnya Dara terlihat bertatap intens dengan Alex yang kemudian disergah Diva yang selanjutnya mendorong Dara hingga hampir jatuh.

*****
REVIEW

Ok, secara keseluruhan saya cukup salut dengan penggagas cerita yang berusaha mempertahankan kualitas cerita, menjaga keseimbangan antara adegan romantis, adegan menyentuh, hingga adegan utama bertema musik itu sendiri. Namun episode kedua yang saya tangkap ini adalah, skenario terlihat terlalu "menggebu-gebu" how should I say that? Menurut saya perpindahan emosinya kurang smooth dan itu yang bikin saya nonton film ini ngga geregetan kayak saya nonton drama-drama Korea yang kita semua tau mampu menggoyahkan iman dan menggetarkan jiwa. Bahkan penampilan Dikta yang saya jago-jagokan bakal mewarnai cerita ini dengan lagak tengilnya malah membuat saya jadi gemes sendiri.

Ada beberapa epic fail yang saya tangkap di sini. Beberapa di antaranya adalah pemilihan lagu yang a bit random, antara situasi dengan liriknya tidak sinkron, ataukah kalau memang sesuai dengan cerita yang ingin disampaikan oleh sang penulis, nyatanya tidak sinkron dengan pemahaman yang ditangkap oleh penonton. Nanti akan saya jelaskan di bagian musikalitas.

Juga ada score yang menurut saya tidak cocok. Misalnya, ketika adegan Dara menangis di bahu Vigo, coba bayangkan score drama Korea untuk adegan seperti itu? Pastinya lagu yang menyentuh bertema cinta I love you, I miss you, melankolis ataupun instrumental piano dengan nada-nada sendu ke arah major. Bukannya nada-nada minor yang menguatkan kesan misterius, bukankah adegan tersebut nantinya yang mendukung pertumbuhan benih-benih perasaan Dara terhadap Vigo (jika melihat alur cerita sesudahnya). Itu buat saya, fail banget! Ibaratnya hilang 1 poin untuk menggugah jiwa penonton yang haus akan roman picisan.

Di beberapa adegan juga ada suara yang tidak jelas terdengar, misal ketika Dara dan Diva bertengkar, itu semua suara seperti ngga ada fokusnya, jadi saya cuma mendengar bincang-bincang tidak beraturan. Sama halnya ketika adegan Vigo rusuh masuk ke kelas Dara yang niatnya mau memberi semangat, saya ngga ngerti apakah adegan itu mau dibilang romantis atau norak? Karena akting Vigo terlihat berantakan, antara loverboy dengan berandalan/cowok murahan. Cara bicaranya ke Dara juga seakan memaksa, bincang-bincang apa gitu ngga jelas terdengar.

KARAKTERISASI
a) Diva (Angel Pieters). Dalam episode ini, saya menyayangkan kenapa Diva masih harus mengenakan tas kw Chanel dan sepatu Valentino yang ngga kayak sepatu Valentino asli itu. Kalo sepatunya saya ngga bisa lihat itu kw atau ngga sih, but it looks like one Valentino. Karakternya sendiri dibuat galau, Diva terlihat sedang memperjuangkan hubungannya dengan Alex, yang kelihatannya sempat berantakan karena kehadiran Dara dan hal itulah yang memicu pertikaian antara Diva dan Dara. Saya suka dengan gaya ngeselin Diva yang natural, tapi ada juga beberapa dialog dan gestur yang belum pas di mata saya. Sebagai perempuan yang sedang menghadapi dilema, ada baiknya Diva bisa terlihat lebih dominan dan mengintimidasi, gesturnya harus lebih tegas, tegak, dan berani ketika berhadapan dengan lawannya. Namun, bisa lebih sendu ketika ingin membuat para penonton ikut berpihak padanya melalui adegan-adegan yang menyiratkan sisi lemah Diva, terutama mengenai hubungannya dengan Alex. Saat-saat dimana Diva mengenang kebahagiaannya dengan Alex, adegan itu seharusnya bisa membuat karakter Diva lebih lovable jika momennya tidak dibuat seakan terburu-buru. Kalau memang waktunya ngga cukup, mestinya sekalian aja ditiadakan, save it for the last. Jangan bikin Diva seakan karakter yang pantas dibenci sekaligus dikasihani dalam satu episode, that sounds so unfair!

b) Dara (Tatjana Saphira). Bisa jadi orangtua Dara adalah pengusaha/pemimpin yang sukses, makanya Dara menjadi sosok yang juga cerdas dan seakan diktator, sok ngatur, however it's genetic. Karena kesibukan orangtua Dara, membuatnya mencurahkan semua perhatiannya kepada kegiatan pendidikannya, kamu anak yang baik, nak! Di episode ini cukup terungkap bahwa Dara dan Diva adalah teman sepermainan sejak kecil, yang hubungannya dirusak oleh satu dan lain hal, termasuk Dara disebut-sebut merusak hubungan antara Diva dan Alex. Nah, ini yang agak membingungkan, kok saya ngga dapet ya ketertarikan terhadap Dara. I mean, she's lovely, pretty, and perhaps lovable, tapi entah, karakternya masih mencla-mencle nih. Di satu sisi dia mampu menunjukkan ketegasan/dominasinya di depan teman-teman Stereonya, tapi secara perorangan, dia seakan perhatian ke Juwita dan Alex, namun sentimen ke Diva dan Vigo, tapi lagi-lagi dia melankolis ketika dihardik oleh Diva dan bahkan tiba-tiba menjelma menjadi drama queen yang tiba-tiba luluh menangis di bahu laki-laki yang ditolaknya! OMG, That was an epic fail! This isn't personal masalah cemburu gara-gara akang Dikta ya, tapi menurut saya, adegan itu tidak mencerminkan kepribadian Dara, dan bahkan hal ini ditunjukkan di episode awal 2?! Ghez, Dara dimana wibawa kamu?! Harusnya tunjukkin dulu donk sampai mana tegasnya Dara, bikin kita semua penonton totally kagum sama kamu, jangan dibikin setengah-setengah.

c) Alex (Vidi Aldiano). Kali ini Alex ngga terlihat ada komunikasi apa-apa dengan Juwita, sehingga membuktikan bahwa Alex ternyata bukan pemalu, tapi bisa jadi sungkan terhadap Dara atas apa yang sudah terjadi, dan kelihatannya dia juga pria romantis yang pernah sangat mencintai Diva. He's a sweet guy, tapi tetap bukan gentleman. Dan saya ngga tau apa tujuan penulis cerita membuat karakter Alex yang seakan tukang nge-php-in cewek ini. Apakah tujuan Alex ngediemin Diva bukannya ngajak putus tapi malah menghindari? Still a mystery. Ngga banyak progress yang bisa saya baca di episode ini tentang Alex, kecuali mungkin hubungan dia dengan Diva mulai membaik, tinggal kita lihat saja akar permasalahannya sebenarnya dari mana.

d. Vigo (Pradikta Wicaksono). Kapten basket yang menjelma sebagai boyband. Agak kocak sih tapi menyentuh juga, cuman sayangnya bagian ini kurang diekspos, harusnya sebagai kapten tim basket, gayanya kang Dikta bisa lebih gimana gitu. C'mon, man, you're the boss! You're the cap. Kalau saya kaptennya, ya uda bilang, "Terserah, loe mau ikut silahkan, gua bakal cari anggota lain," something like that, lah. Jangan biarkan harga diri terinjak donk mas Vigo. Yah, terus di episode kedua ini, Vigo kok karakternya makin dijadiin tengil aja, jangan donk Mr. and Mrs. Writer, sayang banget ini kalo Vigo dijadiin cowok tengil tukang videoin Dara sama Diva berantem, kita membutuhkan sosok pelindung dan pria yang gentleman nih! Kalo Alex ngga bisa kenapa ngga jadiin Vigo aja. Jangan bikin dia jadi brandalan pengemis cintalah. Adegan Vigo pas jadi sandaran Dara menangis itu asik banget, kecuali akting Dara yang ngga banget, harusnya sekali nyandarin kepala ke Vigo, udah, jangan diangkat-angkat lagi kepalanya, terus aja gitu sampe cut! That ruined the moment juga dengan music scorenya. Kalo sekali menyandarkan kepala ke bahu Vigo, terus ngangkat kepala, terus bersandar lagi, itu keliatan banget berarti emang Daranya yang kecentilan. lol. Epic fail on script!

e. Juwita (Priskila Shafia). Saya cinta dengan suaranya Priskila ini. Powernya kuat, andai saja tidak ada Angel Pieters, wah, saya bakal berpihak mati-matian ke performance kamu, say. Di satu sisi, sangat disayangkan pemilihan kostum Juwita yang ngga banget. Walaupun dia anak penjual gado-gado, tapi bukan berarti kostumnya slengean juga kan ya, dear para penata kostum? Kasian banget gayanya cuma kaos oblong sama rok span. Hadeuh. Mbok ya celana jeans kayaknya lebih baik deh, atau pleated skirt ala Bintang di Tetangga Masa Gitu, itu kan cukup cute. Serial tv modern gini jangan dibikin ndeso bangetlah. By the way, dari awal episode, saya ngga terlalu suka dengan akting Juwita yang terkesan teatrikal banget, karena ngga cocok banget. Kecuali adegan nyanyi ya, selanjutnya bikinlah yang natural banget. Terutama ketika adegan Juwita ketika akan buru-buru ke ruang latihan padahal sedang membantu ibunya jualan gado-gado. Itu menurut saya, ekspresi yang lebay, dimana pemain lain berusaha senatural mungkin, Priskila malah membuat gaya seolah-olah sedang berakting di drama musikal Disney, dengan ekspresi yang kata orang sononya "ter.la.lu."

MUSIKALITAS
a) PERBEDAAN (Ari Lasso) by Angel Pieters. Lagu ini dijadikan lagu audisi Diva ketika akan mengikuti audisi masuk Stereo. Dan menurut saya, pemilihan lagunya ngga banget. Aransemennya memang bagus dengan latar orchestra yang seakan membuat lagu ini menjadi lebih cinematic dan yang dengernya merinding, tapi liriknya kok lebih ke arah curahan hati Diva ke Alex, bukannya menunjukkan keinginan dia untuk diakui kemampuannya sebagai seorang Diva yang akan unjuk kemampuan menyanyi di tim Stereo. Saran saya bisa ambil lagu Agnez Mo, Vina Panduwinata, Ruth Sahanaya dengan lirik yang menunjukkan Super Girl. Bukankah Diva hanya terlihat rapuh kalau di depan Alex #ciyeh.
b) ITU AKU (Sheila on 7) by Pradikta Wicaksono. Jadi, suaranya Dikta ini memang mellow, sedangkan lagu Itu Aku ini diaransemen ala twist yang bawaannya have fun, happy, layaknya orang jatuh cinta, tapi suaranya Dikta terlihat lunglai dan pasrah.
c) AKU CINTA KAU DAN DIA (Dewa 19) by Vidi Aldiano. Agak susah menghilangkan karakter suara Dewa 19 yang garang dan cowok banget di lagu ini, sedangkan suara Vidi lembut mengalun di lagu ini seperti minta izin selingkuh. Kudunya, musiknya ngikutin gayanya Vidi, jangan ngikutin chord, basic arangementnya Dewa 19, karena karakter Vidi dengan Dewa 19 kan jauh banget, sekalian aja lagunya dibedain lagi dengan karakter yang benar-benar berbeda, so it would feel somehow new. Dan, lagi, saya bertanya-tanya apakah lagu ini sesuai dengan ceritanya? Ya, saya tau Alex suka sama Dara, apakah artinya di zaman dulu Alex pernah pacaran dengan Dara?
d) CEMBURU (Dewa) by Priskila Shafia. Ini bukannya lagu untuk cowok, ya? Kenapa liriknya ngga disesuaikan saja? Dan bukankah lagu ini menceritakan pacar gelap ya? Apakah sebenarnya Juwita itu pacar gelap Alex? Karena kalau bukan, pemilihan lagu ini lagi-lagi epic fail. Tapi.... Lagu ini ok banget dibawakan oleh Priskila hanya saja di bagian reff, kurang mendukung emosi Kila yang sudah berapi-api nyanyinya. Harusnya, ngga perlu ada tutti musiknya.
e) INIKAH CINTA (ME) by STEREO. Kayaknya di episode ini Tatjana ngga kebagian nyanyi solo ya? So, lagu ini juga nyatanya lagu favorit saya juga lho, Mas Vigo #kyaa! Keseluruhan, lagunya ditampilkan dengan apik dengan hanya menggunakan instrumen piano, sayangnya karakter ME masih terdengar cukup kental (walaupun nyatanya chordnya udah diganti sana-sini). Pertama, temponya bisa lebih lambat, sehingga piano juga bisa lebih eksplor, lagu perpindahan dari bait ke bait bisa diberi jeda sehingga ngga perlu serapat/secepat versi aslinya. Lalu, Vidi! Nyanyikanlah dengan karakter suara kamu, jangan ngikut suara ME ajah. We love your original voice.

*****
Nah, so far, sampai segini dulu ya, cas cis cus ya.. Kalo ada salah, monggo komen di bawah.
See you!

You May Also Like

5 komentar

  1. Halow, tau ngga tempat lokasi drama ini dmana? Keren bgt kampusnya yaa.. nyoba googling gak nemu..

    BalasHapus
  2. Bantu jawab, di Tanri Abeng University

    BalasHapus
  3. Shooting setiap hari apa gak kak?? Jauh2 dari semarang cuma mau ketemu nih kak

    BalasHapus
  4. kalau yang sekarang lokasinya dimana ya?

    BalasHapus
  5. Kalo mau syuting di tanri abeng, izinnya kemana ya?

    BalasHapus

Selamat berkomentar, tinggalkan link pada username. Link yang berada di dalam kolom komentar akan dihapus. (Feel free to comment and put your link on your username ONLY instead comment box area, otherwise deleted).